Roosseno Soerjohadikoesoemo
Roosseno Soerjohadikoesoemo adalah seorang cendekiawan, politikus, ilmuwan dan guru besar Institut Teknologi Bandung. Pada tahun 1928 mengambil kuliah di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang Institut Teknologi Bandung/ITB), Ia lulus sebagai insinyur sipil pada bulan Mei 1932 bersama Mohammad Thahir, dua orang pribumi di antara 10 orang yang lulus THS pada periode tersebut. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Perhubungan pada Kabinet Ali Sastroamidjojo. Pada masa pendudukan Jepang, tanggal 1 April 1944 Roosseno Soerjohadikoesoemo diangkat menjadi Guru Besar (Kyodju) dalam bidang Ilmu Beton di Bandung Kogyo Daigaku (Sekolah Tinggi Teknik yang didirikan pemerintah pendudukan Jepang di lokasi TH Bandung yang ditutup tahun 1942). Pada tanggal 1 September 1948 ia diangkat menjadi guru besar luar biasa konstruksi beton bertulang di Faculteit van Technische Wetenschap Universiteit van Indonesie te Bandoeng (sejak tahun 1959 menjadi ITB) ditandai dengan pembacaan orasi ilmiah inagurasinya yang berjudul “Vormgeving en minimum materiaalverbruik in gewapend beton” pada tanggal 26 Maret 1949. Dengan demikian ia merupakan profesor pribumi pertama di jurusan teknik sipil ITB. Ia dijuluki sebagai Bapak Beton Indonesia dan dialah yang mengusulkan kepada Presiden Sukarno untuk membentuk Fakultas Teknik Universitas Indonesia sekaligus ditunjuk menjadi Dekan dari fakultas tersebut pada 17 Juli 1964. Sebagai ahli beton bertulang, Rooseno telah banyak menangani berbagai proyek penting, seperti jembatan, pelabuhan, gedung, dan hotel bertingkat. Ia telah menulis tidak kurang dari 33 karya dalam bahasa Indonesia, Inggris, dan Belanda, dan juga merampungkan autobiografinya. Di kalangan perbetonan internasional, Roosseno menjadi anggota International Association for Bridge and Structural Engineering (IBSE), Zurich dan Federation International de Precontreinte (FIP). Di Indonesia, Roosseno mengetuai Tim Rehabilitasi Candi Borobudur, Badan Penasihat Teknis Pembangunan (BPTP) DKI dan Gabungan Pelaksana Nasional Seluruh Indonesia (Gapensi). Pemerintah RI menganugerahinya Satya Lencana untuk jasa ikut membangun Kompleks Asian Games Senayan (1962). Penghargaan lain adalah Doctor Honoris Causa untuk ilmu teknik yang diterimanya dari ITB (1977) dan Bintang Mahaputra Utama (1984).