Single Blog Title

This is a single blog caption
3 Nov 2020

Soejoedi Wirjoatmodjo

Arsitek terkemuka Indonesia, Soejoedi Wirjoatmodjo, selain terkenal sebagai pelopor arsitektur modern melalui berbagai karya monumentalnya, Soejoedi juga merupakan seorang penggagas sekolah-sekolah arsitek baru di berbagai kota besar Indonesia. Soejoedi, penggagas pembukaan sekolah-sekolah arsitektur baru di Jakarta (Universitas Indonesia), Yogyakarta (Universitas Gajah Mada), Semarang (Universitas Diponegoro), Surabaya (Institut Teknologi Surabaya), dan Makassar (Universitas Hassanudin). Hal tersebut dia lakukan dalam rangka menggalang kekuatan menandingi dominasi CGMI di kampus-kampus saat itu. Beliau pejuang profesi, arsitek guru bagi generasi muda. Soejoedi telah menghasilkan karya-karya arsitektural yang monumental, seperti Gedung Sekretariat ASEAN, Gedung Kedutaan Besar Prancis, dan Kedutaan Besar Indonesia di Kuala Lumpur, Seoul, Beograd. Adapun puncak keberhasilannya adalah Gedung MPR/DPR. Rancangan Soejoedi dan dua orang kawannya unggul pada komposisi massa. Dalam arti, antara bangunan yang satu dengan yang lain, bentuknya bisa serasi, sekalipun masih tetap terkesan menonjolnya sebuah bangunan utama. Selain itu, karya lain Soejoedi adalah gedung Kedutaan Besar Prancis, di Jalan MH Thamrin, Jakarta, yang dia kerjakan antara 1969 dan 1973. Soejoedi membuat lengkungan di sisi masif selubung bidang terdepan sebagai pengarah kendaraan yang memasuki gedung. Pintu masuk utama yang terletak di bagian samping gedung itu menjadikan gedung terlindung, baik dari pandangan mata luar maupun kebisingan di sekitarnya. Desain ini juga menjamin keamanan dan keselamatan pengunjung. Soejoedi dikenal sebagai mahasiswa yang menonjol kepandaiannya. Baru menyelesaikan empat tahun masa studinya di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Bandung (sekarang ITB) (1950-1954), Soejoedi sudah terpilih sebagai mahasiswa Indonesia pertama yang mendapat beasiswa dari pemerintah Prancis. Namun, setelah selama setahun mendalami arsitektur di Ecole Superieure National des Beaux Arts, Paris (1955-1956), ia merasa tidak cocok dengan negeri tersebut. Soejoedi kemudian pindah ke Hoogeschool, Delft, Belanda. Suasana politik di Indonesia, membuat Soejoedi dan mahasiswa Indonesia lainnya akhirnya pindah ke Jerman (1957). Di Jerman, Soejoedi memperoleh gelar Master Dipl. Ing dari Technische Universitat, Berlin Barat (1959) setelah studi selama dua tahun dan lulus dengan predikat cum laude.

Questions? Let's Talk!