Sutami
Sutami adalah seorang insinyur sipil yang pernah menjabat Menteri Pekerjaan Umum Indonesia. Ia sudah menjadi Menteri sejak tahun 1964 pada Kabinet Dwikora I dimasa pemerintahan Presiden Soekarno sebagai Menteri Negara diperbantukan pada Menteri Koordinator Pekerjaan Umum dan Tenaga untuk urusan penilaian konstruksi hingga tahun 1978 pada Kabinet Pembangunan II masa pemerintahan Presiden Soeharto selama 13,5 tahun. Ir. Sutami adalah Menteri Pekerjaan Umum “terlama” dengan masa jabatan selama 12 tahun pada 6 kabinet dihitung sejak menjabat Menteri Koordinator Kompartimen Pekerjaan Umum dan Tenaga pada Kabinet Dwikora II (22 Februari 1966). Ir. Sutami yang membantu menghitung konstruksi bangunan Gedung MPR/DPR adalah lulusan Teknik Sipil ITB (1950-1956), sudah terkenal cerdas sejak menempuh pendidikan dasar dan menengah di Solo, salah satunya di SMA Negeri 1 Surakarta. Setelah lulus pada 1956, ia langsung magang menjadi asisten pengajar mata kuliah Beton Bertulang di Akademi Teknik Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga di Bandung. Berkat keuletannya, tidak sampai lima tahun dia sudah ditunjuk menjabat Direktur Utama Perusahaan Negara Hutama Karya yang bertanggung jawab menyelenggarakan sejumlah Proyek Mercusuar Sukarno. Ketika menjadi Direktur Hutama Karya (1961-1966), ia menjadi pimpinan pusat proyek pembangunan Jembatan Ampera di Sungai Musi, Palembang. Ia juga memelopori penggunaan konstruksi beton pratekan saat membangun Jembatan Semanggi. Menjelang Asian Games IV pada 1962 di Jakarta, Sutami sempat diberi tugas memperkuat sejumlah bangunan di Senayan, termasuk Stadion Utama Senayan. Dari sana Sutami menemukan teori perhitungan beton yang lebih baik bernama teori ultimate strength design. Teori ini kembali dipergunakannya untuk membangun Gedung Conefo (Conference of the New Emerging Forces) pada 1965. Berkat jasanya, Nama Ir Sutami diabadikan menjadi sebuah waduk di Kabupaten Malang, Jawa Timur dan juga di Mbay kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur.