Single Blog Title

This is a single blog caption
12 Jul 2023

Christine Ay Tjoe

Christine Ay Tjoe (Seni Rupa 1992) mengeksplorasi dualitas kehidupan manusia melalui narasi imajiner dengan menyampaikan pengalaman batin dan menyuguhkan konflik antara terang dan gelap yang simbolis sekaligus emosional.

 

Seniwati kontemporer Indonesia yang mengangkat tema filosofi dan spiritualitas. Christine Ay Tjoe memfokuskan karyanya pada kondisi manusia yang disaring melalui pengalaman subjektifnya sendiri. Meskipun secara visual menggoda, karya ekspresifnya mengulas sisi kelam dan mencoba untuk terhubung dengan emosi manusia yang terkuat sekaligus mendalam. Dalam lukisan abstraknya yang dramatis dan berlapis,

 

Ay Tjoe menyelidiki dorongan dan kondisi universal yang kita alami, seperti keserakahan, kesedihan, kemarahan, ketakutan, dan kegembiraan. Figur hewan dan bagian tubuh manusia sering kali muncul berserakan di atas kanvas yang selaras dengan keyakinan Ay Tjoe bahwa setiap manusia memiliki dua sisi—baik dan buruk. Selain menaruh minat yang besar pada manusia, ia juga memiliki kejelian dalam melihat isu global yang tengah berlangsung; hiperrealitas, kepadatan manusia, arus informasi, serta hasrat manusia yang tak terkendalikan. Secara keseluruhan, karya-karya Ay Tjoe adalah representasi psike manusia.

 

Tahun 1997, Christine Ay Tjoe menyelesaikan studi seni grafis di Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung. Tahun 2004, ia menerima beasiswa di Stiftung Kuenstlerdorf, Schoeppingen, Jerman. Kemudian pada 2008, Ay Tjoe mengikuti residensi di STPI, Singapura. Karyanya mulai dipamerkan tahun 1999 dalam pameran bertajuk Biasahaja’99, Graphic Art Exhibition di Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta. Dan di tahun 2001, karya Ay Tjoe dipamerkan di luar negeri untuk pertama kalinya di Art Singapore, Singapura. Pada tahun yang sama, ia mengadakan pameran tunggal untuk pertama kalinya dengan judul Buka Untuk Melihat di Redpoint Gallery, Bandung.

 

Karya-karya Ay Tjoe umumnya identik akan berbagai bentuk garis dengan objek-objek figuratif dalam abstraksi yang intens. Sebagian besar area kanvas dibiarkan kosong seakan-akan objek lukisannya muncul secara sporadis. Titik awal lukisannya bisa spontan dan terletak di satu garis. Teknik brushstroke-nya juga tak segan-segan bermain dalam transisi yang kasar ke halus, serta kacau ke harmonis. Ia menyeimbangkan ruang positif dan negatif, kepadatan dan fluiditas, serta warna dan nada, yang diperolehnya melalui berbagai tekanan tangan dan teknik melukis. Ay Tjoe menciptakan gerakan yang kuat di seluruh kanvas seolah-olah komposisinya didorong oleh gaya sentrifugal dengan urgensi tubuhnya sendiri. Kedalaman sapuan kuas dan warna yang sebagian terhapus menunjukkan kondisi kekacauan di mana keindahan berubah menjadi ketidakharmonisan.

 

Ay Tjoe adalah seniwati Indonesia yang mampu menembus lanskap seni internasional. Karya-karyanya kerap menempati harga tertinggi di berbagai pusat lelang, seperti Christie’s dan Sotheby’s Hong Kong. Karya-karya Christine Ay Tjoe telah dipamerkan di seluruh Asia, termasuk Spiritual and Allegory (2018) yang digelar di 21st Century Museum of Contemporary Art, Kanazawa, Jepang. Ay Tjoe juga pernah tampil dalam pameran kelompok internasional, antara lain Asia Society Triennial, New York (2020); Royal Academy, London (2017); National Taiwan Museum of Fine Arts, Taichung, Taiwan (2012); Singapore Art Museum, Singapura (2012); Fondazione Claudio Buziol, Venesia (2011); Saatchi Gallery, London (2011); Shanghai Contemporary (2010); Galeri Nasional, Jakarta (2009); Johnson Museum Cornell University Universitas Cornell, New York (2005); dan Beijing International Art Biennale 2003 di China National Museum of Fine Art, Beijing, China (2003).

Questions? Let's Talk!