Single Blog Title

This is a single blog caption
19 Nov 2021

Alumni ITB Peraih Anugerah Habibie Prize 2021

Habibie Prize adalah anugerah yang sebelumnya dikenal sebagai Habibie Award. Habibie Award Diselenggarakan oleh Yayasan Sumberdaya Manusia Dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sejak Tahun 1999, dan Tahun 2020 menjadi Habibie Prize, yang diselenggarakan Bersama dengan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional.

 

Penghargaan diberikan kepada perseorangan yang aktif dan sangat berjasa dalam penemuan, pengembangan dan penyebarluasan berbagai kegiatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang baru (inovatif) serta bermanfaat secara berarti (signifikan) bagi peningkatan kesejahteraan, keadilan, dan perdamaian.

 

Anugerah ini telah diberikan kepada 71 ilmuwan, sebagai wujud apresiasi kepada tokoh yang telah berjasa dalam kehidupan intelektual dan karya luar biasanya yang disumbangkan kepada bangsa. Para penerima penghargaan ini ialah insan-insan terbaik dari berbagai disiplin IPTEK, serta mereka yang telah membaktikan hidupnya untuk kesejahteraan, keadilan dan perdamaian. Nama “Habibie” digunakan untuk mengenang jasa Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie dan sekaligus Pencetus Anugerah Habibie Award, Presiden Republik Indonesia yang ketiga, Menteri Riset dan Teknologi tahun 1978-1998, dan dikenal luas sebagai intelektual internasional dalam bidang teknologi, atas pemikiran, komitmen dan dedikasi besar beliau dalam upaya memajukan IPTEK di Indonesia. Penyelenggaraan Habibie Prize oleh Kemenristek/BRIN bekerjasama bekerjasama dengan Yayasan Sumber Daya Manusia-Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ini akan dilaksanakan setiap tahun sebagai agenda Nasional pada setiap peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional.

 

Pada 17 November 2021, 2 Alumni ITB mendapat Anugerah Habibie Prize 2021. Mereka adalah Prof. Dr. Ir. Subagjo, DEA untuk kategori bidang Ilmu Rekayasa, dan Dr. (HC) Nyoman Nuarta untuk kategori bidang Ilmu Filsafat, Agama dan Kebudayaan.

 

Nyoman Nuarta merupakan seniman terkenal asal Bali yang sudah lebih dari 45 tahun lamanya menggeluti bidang kesenian dan menjadi maestro khususnya di bidang seni patung dan menghasilkan berbagai karya mengagumkan, salah satunya patung Garuda Wisnu Kencana.

 

Pria kelahiran di Tabanan, Bali pada 14 November 1951 itu membuat patung Garuda Wisnu Kencana yang menjulang di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana, Bali.

 

Pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana menghabiskan waktu selama 28 tahun. Patung itu menjadi ikonik di Bali dan merupakan salah satu karya patung tertinggi di dunia.

 

Nyoman juga membangun taman patung di Bandung, yakni di NuArt Sculpture Park untuk berbagi nilai luhur budaya melalui kegiatan kesenian.

 

Pada awal 2021 Nyoman memenangkan sayembara konsep desain istana negara ibu kota negara baru yang memiliki konsep istana negara burung garuda yang merupakan sinergi antara seni, sains dan teknologi.

 

Sementara Prof. Dr. Ir. Subagjo, DEA merupakan seorang peneliti, pencetus, perancang dan pemimpin tim peneliti dalam bidang teknologi katalis, yang ingin mewujudkan Indonesia menjadi mandiri dalam teknologi katalis.

 

Setelah lulus sarjana dari Institut Teknologi Bandung, Subagjo mengambil pendidikan lanjutan di Universite de Poitiers di Prancis.

 

Berkarya dalam bidang teknologi katalis, ia bersama tim menghasilkan produk inovasi dan memenangkan penghargaan anugerah Adibrata sebagai juara pertama pada Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) 2018.

 

Dengan teknologi katalisnya, ia berharap dapat mengurangi impor minyak mentah dan bahan bakar minyak serta menciptakan ketahanan energi.

 

Subagjo juga membawa Indonesia satu langkah lebih mandiri dalam bidang teknologi proses dengan merencanakan perusahaan patungan untuk mengelola industri katalis. Perusahaan itu direncanakan beroperasi secara komersial pada 2024.

 

Hasil temuannya menginspirasi banyak sekali pihak untuk memberdayakan sumber daya alam Indonesia untuk kemajuan bangsa dengan memanfaatkan kemampuan sendiri.

 

Katalis sangat diperlukan untuk mempercepat reaksi kimia dalam menghasilkan bahan bakar nabati seperti biodiesel.

 

Dampak lain dari produk katalis hasil pengembangan Subagjo bersama tim dan mitra industri adalah memberi peluang meningkatkan kesejahteraan petani sawit swadaya Indonesia yang mencapai 37 juta kepala keluarga.

 

Questions? Let's Talk!