Single Blog Title

This is a single blog caption
24 Mar 2023

Berbagi Bersama Calon Alumni, IA-ITB Jakarta: “Networking Is King!”

Dunia pasca kampus ibarat hutan belantara di mana berbagai hambatan, tantangan, kesempatan dan peluang tersedia secara bersamaan bagi para calon wisudawan. Untuk menemukan jalur karir menuju kehidupan yang lebih baik, para calon alumni perlu memiliki persiapan matang, baik dari internal diri mereka dalam bentuk visi serta softskill, maupun dari kondisi pendukung di luar diri mereka yaitu jejaring komunikasi yang luas. Hal inilah yang menjadi esensi dari materi tiga narasumber dalam seminar bertajuk ‘Career Challenge: Accelerating Landing Your First Job’ yang diselenggarakan Keluarga Mahasiswa (KM) ITB pada Jumat (17/3) pekan lalu.

 

Seminar ini diselenggarakan KM-ITB bekerjasama dengan IA-ITB dengan tujuan membuka wawasan para calon Wisudawan ITB periode April 2023 tentang seluk beluk dunia kerja, proses rekrutmen dan perencanaan karir. Selain itu, sesi ini juga menjadi ajang pengenalan Ikatan Alumni ITB sebagai wadah resmi komunitas alumni ITB di seluruh dunia. Pada sesi yang berlangsung di Ruang Seminar Fakultas Seni Rupa dan Desain ini, dihadirkan 3 narasumber dengan latar belakang yang berbeda, yaitu 1 orang praktisi HR dan 2 orang pengurus Ikatan Alumni ITB.

 

Narasumber pertama adalah Nahdia Asri Rabbani, alumni SBM ITB angkatan 2016 yang pernah menduduki posisi sebagai Recruitment Coordinator di Shopee Indonesia. Pada paparannya, Nahdia berbagi pengalamannya dalam melakukan proses seleksi karyawan dan memberikan sejumlah tips dalam menjalani proses seleksi dan rekrutmen karyawan.

 

Sesi berikutnya diisi oleh Romzi Rio Wibawa, alumni Teknik Pertambangan ITB angkatan 2002 yang saat ini menjabat sebagai VP HR Strategic Consulting Lead Specialist di ANTAM, sekaligus menjadi Sekretaris Jenderal di Kepengurusan IA-ITB Jakarta periode 2022/2026. Dalam sesinya, Romzi memaparkan sejumlah aspek penting yang harus dipersiapkan seorang alumni dalam memasuki dunia karir dan urgensi berkomunitas.

 

“Dunia pasca kampus ini seperti hutan belantara yang kita tidak pernah tahu ada apa di dalamnya. Di satu sisi bisa ada bahaya dan ancaman yang menghadang, tetapi di sisi yang lain mungkin ada peluang yang bisa didapatkan. Inilah yang harus kita definisikan. Mau cari apa kita di hutan itu? Kalau kita clear dengan tujuannya, maka kita akan fokus pada apa yang kita cari, kita lengkapi ilmunya, dan seterusnya. Itu yang harus kalian temukan dulu.”, tutur Romzi membuka paparannya tentang urgensi menentukan tujuan hidup jangka panjang.

 

“Hal ini sering kali ditanyakan dalam wawancara. Intinya kita harus memberikan energi positif kita di sana dan harus menunjukkan apa added value kita.”, lanjutnya menambahkan.

 

Di samping itu, Ia juga sedikit memperkenalkan profil IA-ITB Jakarta dan program-program apa saja yang dapat mendukung karir para alumni muda. Salah satu di antaranya adalah Ganesha Jakarta Hostel yang digagas untuk memberikan akomodasi sementara bagi mahasiswa yang melakukan kerja praktek, penelitian tugas akhir atau melamar kerja di Jakarta dan sekitarnya.

 

Pada sesi ketiga, Jalu Pradhono Priyambodo, Ketua IA-ITB Jawa Barat memaparkan perbedaan karakteristik dari beberapa jenis pekerjaan serta bagaimana urgensi berorganisasi dan berjejaring dalam membangun karir. Alumni Teknik Industri angkatan 2002 yang kini menjabat sebagai Komisioner KPID Jawa Barat ini mengungkapkan bahwa berorganisasi mengikis sikap individualistis seseorang, sehingga dapat lebih mudah untuk bekerjasama dalam sebuah tim kerja.

 

“Kenapa kita penting berada di dalam sebuah organisasi? Karena disitu ada sarana kita untuk membangun komunikasi, kita bisa bekerja dalam tim, kita bisa menerima kekurangan kita dan mengakui kelebihan orang lain, sehingga kita lebih bisa berdinamika dalam sebuah kelompok. Nah, ini yang menjadi salah satu kelemahan anak ITB. Jadi sifat individualistis ini adalah sebuah sifat yang harus dikikis ketika kita ada di dunia pasca kampus.”, papar Jalu mengenai urgensi berorganisasi.

 

Mengenai urgensi berjejaring dengan sesama alumni, pada sesi tanya jawab Jalu mengungkapkan bahwa komunitas alumni kampus idealnya hadir sebagai wadah bagi alumni lintas generasi untuk saling mendorong akselerasi karir sesama alumni.

 

“Misalkan ada satu alumni yang sukses, kita bantu juga yang lain untuk sukses menduduki posisi-posisi yang lain. Harus ada pemikiran seperti itu. Bukan berarti kita KKN. Tidak. Tapi ada bentuk keberpihakan kepada sesama alumni yang kompeten.”, ungkap Jalu.

 

Senada dengan Jalu, Romzi mengungkapkan bahwa sudah sepatutnya alumni yang lebih senior dan sudah sukses dapat membina dan mendorong akselerasi karir dari generasi setelahnya.
“Nanti kawan-kawan 5-10 tahun yang akan datang, jika sudah sukses jangan lupa dengan adik-adik kita. Itulah yang akan membuat kita besar. Kalau bukan kita (generasi senior) siapa lagi yang akan mendorong mereka?”, tutur Romzi.

Questions? Let's Talk!