Hunian Sementara Karya Alumni Arsitektur ITB untuk Korban Bencana Sulawesi Barat
Tempat tinggal menjadi kebutuhan semua orang, tak terkecuali para korban bencana. Berangkat dari hal ini dirancanglah hunian sementara (huntara) bagi para korban bencana. Perancangnya adalah Andry Widyowijatnako (AR 95), salah satu tim ahli dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat ITB, bersama Imam Prasetyo (Magister AR 2017). Huntara yang dibangun diberi nama Huntara Minasa yang mengambil kosakata dalam bahasa setempat yang artinya Huntara Harapan.
Proyek pertama dibuat untuk korban gempa Mamuju (Sulawesi Barat) dengan dukungan dana dari Rumah Amal Salman. Selain itu, pembuatannya juga didukung oleh relawan dari mahasiswa ITB dan juga warga setempat. Hunian dibangun memanfaatkan kombinasi material kayu dan ferrocement (bahan yang terbuat dari semen dan pasir dengan tulangan kawat ram).
Luas bangunan dua puluh dua meter persegi dan disekat menjadi tiga ruang. Satu ruang bersama lima belas meter persegi, satu kamar tidur utama seluas tujuh meter persegi, dan satu mezzanine tujuh meter persegi untuk ruang tidur anak.
Modul-modul rangka dinding huntara tersebut dapat dipindahkan misalnya dari lokasi pengungsian ke lokasi definitif hunian tetap. Untuk pengembangan menjadi hunian tetap, dinding bangunan tinggal diplester.
“Bisa bertahan puluhan tahun selama atapnya dipelihara agar tidak bocor atau atapnya diganti bila bocor. Tidak ada perawatan khusus, hanya perlu pengecatan bila diperlukan,” Andry.